Papan Buletin Blog Bhima

Bhima's Leaf

Rabu, 22 Desember 2010

SEJARAH PERKEMBANGAN TEORI EVOLUSI MAKHLUK HIDUP IV

BAB  IV
HUKUM-HUKUM YANG BERKAITAN DENGAN PERKEMBANGAN EVOLUTIF MAKHLUK HIDUP

PENDAHULUAN
            Evolusi adalah proses perubahan yang berlangsung sedikit demi sedikit dan memakan waktu yang lama. Teori evolusi adalah perpaduan antara idea dan fakta. Dalam perkembangan selajutnya teori evolusi dapat dijelaskan latar belakangnya berdasarkan hokum-hukum yang dikemukakan oleh:
1.      Johan Gregor Mendel (1865) mengemukakan tentang adanya faktor dalam, yang selanjutnya disebut sebagai faktor herediter, faktor yang diturunkan, yang kemudian disebut gena.
2.      Hugo de Vries (1886) mengemukakan tentang mutasi, suatu perubahan yang bersifat kekal.
3.      Hardy dan Weinberg (1908) mengemukakan hukum mengenai frekuensi gen
Setelah menyelesaikan pokok bahasan hukum-hukum yang berkaitan dengan perkembangan evolutif makhluk hidup mahasiswa diharapkan mampu:
1.      Menjelaskan hukum yang melatarbelakangi spesiasi
2.      Menjelaskan hukum yang melatarbelakangi seleksi alam
3.      Menjelaskan hukum yang melatarbelakangi terjadinya favoured races.

KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
4.1. Hukum Yang Melatarbelakangi Spesiasi
1.      Perubahan Evolutif
Yang dimaksud dengan perubahan evolusi adalah perubahan komposisi genetik suatu populasi dalam kurun waktu tertentu. Perubahan komposisi genetik suatu populasi hanya dapat terjadi bila kondisinya memungkinkan. Misalnya dalam suatu populasi terdiri dari sekelompok organsme (individu) yang melakukan perkawinan bebas antar kelompok tersebut dan menempati areal tertentu.
Dalam populasi, terdapat kumpulan individu, setiap individu mempunyai sejumlah gen tertentu (jumlah pasangan alel tertentu). Oleh karena itu, setiap individu mempunyai Gene-Pool tertentu yaitu: jumlah total alel dari gen individu yang mewakili populasi. Dengan demikian jika gene-pool suatu individu berubah, jumlah gen individu tersebut dapat berubah, selanjutnya populasi individu tersebut berubah, sehingga dapat disimpulkan bahwa perubahan evolusi pada prinsipnya adalah perubahan komposisi genetik.
Contohnya di dalam populasi terjadi hal sebagai berikut (Gambar 4.1):
Gambar 4..1 Persilangan menurut Mendel yang menunjukkan adanya presentase  frekuensi alel dari  suatu populasi yang berbeda-beda. Ada alel (AA) = 25%, alel (Aa) = 50%, dan alel (aa) = 25%. 
 
 














Kejadian di alam sebagaimana di gambarkan di atas memungkinkan komposisi gen setiap populasi selalu dapat berubah-ubah berdasarkan probabilitas pasangan gen tersebut dapat bersatu.
Hal penting yang perlu diingat juga bahwa, dalam populasi di alam yang menetukan frekuensi gen adalah bagaimana cocoknya organisme tersebut dengan tempat hidupnya (lingkungannya). Atau dengan kata lain organisme yang dapat bertahan hidup adalah organisme yang cocok dengan lingkungannya atau dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Lingkungan juga berpengaruh terhadap fenotip suatu individu atau fenotipe suatu individu merupakan resultante dari faktor genotip dan pengaruh lingkungan, sebagaimana ditulis dalam rumusan sebagai berikut:
F = G + L
 
 

                                           dimana: F adalah Fenotip; G adalah Genotip dan  L adalah
                                                      Lingkungan
            Apabila G berubah atau L berubah atau keduanya berubah maka F akan berubah. Gardner (1991) juga menggambarkan diagram skematik hirarkhi pengaruh-pengaruh gen terhadap fenotip dari organisme-organisme pada keseluruhan biosfer (Gambar 4.2)
            Yang perlu diperhatikan bahwa variasi-variasi fenotip yang terjadi akibat pengruh lingkungan itu tidak diturunkan, tetapi yang diturunkan adalah kemampuan membentuk tipe atau cirri tertentu sebagai hasil respons gen terhadap lingkungan yang berubah. Demikian juga dengan variasi-variasi yang ada pada dua populasi belum tentudapat disebut dua populasi yang berbeda dengan memiliki dua spesies berbeda jika masih dimungkinkan adanya pertukaran gen antar populasi tersebut. Jadi variasi dalam populasi belum tentu menyebabkan terjadinya spesiasi.


























Gambar 4.2. Diagram Skematik Hirarkhi Pengaruh-pengaruh Gen Terhadap Fenotip Dari Organisme-organisme Pada Keseluruhan Biosfer. (Sumber : Gardner, 1991)
 
 

2. Faktor-faktor yang Berperan dalam Perubahan Evolusi
Perubahan evolusi atau perubahan komposisi genetik suatu populasi dapat terjadi oleh karena peranan atau dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut ini.
A. Rekombinasi Seksual
            Pada populasi makhluk hidup yang melakukan reproduksi secara aseksual, tidak ada kombinasi materi genetic dari individu yang berbeda, sehingga akan selalu menghasilkan individu baru yang identik dengan induknya bila tidak terjadi mutasi gen. Lain halny dengan individu yang melakukan reproduksi seksual. Keturunan yang dihasilkan dapat berbeda dengan induknya karena selama meiosis kromosom bergabung secara acak dan juga pada saat peristiwa fertilisasi terjadi penggabungan materi genetic dari dua sel yang berbeda yaitu sel telur dan sel sperma.
            Dengan demikian rekombinasi gen dapat memberi peluang besar untuk terjadinya variabilitas yang berpengaruh pada potensi evolutif populasi.

B. Mutasi
Mutasi merupakan sumber utama adanya variasi (lihat penjelasan Bab III). Mutasi adalah suatu peristiwa perubahaan kandungan gen maupun struktur kromosom suatu individu, yang dapat menimbulkan variasi dalam populasi. 














Gambar 4.3 Jenis- jenis Mutasi Titik (Sumber Ridley, 1996 : 27) 
 
 


Pada umumnya terdapat dua macam kejadian mutasi yaitu: 1) mutasi titik (point mutation), apabila terjadi perubahan pada urutan basa-basa rantai DNA asal; dan 2) mutasi kromosom, apabila terjadi perubahan pada bentuk kromosom yang menyangkut ratusan bahkan ribuan pasang nukleotida.
Mutasi titik, ada lima macam yaitu, mutasi sinonim, mutasi transisi, mutasi transversi, mutasi frame-shift dan mutasi stop. Mutasi kromosom ada empat macam bentuk yaitu delesi, duplikasi, inversi dan translokasi. (Lihat Gambar 4.3 dan Gambar 4.4).
















Gambar 4.4 Jenis- jenis Mutasi Kromosom (Sumber Ridley, 1996 : 27) 

 
 




C. Gene Flow (Arus gen)
Gene flow atau arus gen adalah perubahan frekuensi alel akibat adanya migrasi (terutama imigrasi). Imigran dapat menambah alel baru ke dalam lungkang gen (gene pool) suatu populasi sehingga dapat merubah frekuensi alel. Arus gen dapat terjadi mulai dari kisaran yang sangat rendah hingga yang sangat tinggi, tergantung dari jumlah individu yang masuk (berimigrasi) dan seberapa banyak perbedaan genetik yang terdapat pada imigran dengan yang ada pada individu-individu dalam populasi penerima. Jika tidak ada perbedaan genetik yang terlalu besar, maka pergerakan individu dalam jumlah yang sangat kecil pada populasi penerima tersebut tidak cukup kuat untuk mengubah frekuensi alel.
Bagaimanapun juga bila perbedaan genetik sangat besar, imigrasi kecilpun dapat menghasilkan perbedaan frekuensi alel yang sangat besar dalam populasi penerima. Sebagai contoh adalah hibridisasi, ’perkawinan dalam’ (interbreeding) di antara individu-individu yang termasuk dalam spesies yang dianggap berbeda mungkin saja terjadi. Hibridisasi semacam ini memungkinkan terbawanya alel baru ke dalam populasi dan dapat menjadi penyebab dimulainya kecenderungan perubahan frekuensi alel dalam populasi penerima.





















Text Box: Gambar 4.5 Perbedaan antara gene flow dan genetic drift. (a) Gen organisme lain/imigran akan menambah frekuensi gen populasi penerima; (b) Gen individu/seseorang tertentu yang unik dapat hilang dari populasinya.
D.  “Genetic Drift”
Genetic drift adalah perubahan atau terlepasnya frekuensi alel yang terjadi secara kebetulan. Dalam hal ini semua alel mempunyai kemampuan atau kemungkinan yang sama untuk berpindah. Hal ini sangat berarti pada populasi yang jumlahnya sangat kecil. Kenyataannya 1 dari 2 alel mempunyai peluang untuk lepas adalah kira-kira 0.8%. Genetic drift selalu mempengaruhi frekuensi alel pada beberapa tingkat, tetapi pengaruh tersebut menurun pada populasi yang berukuran besar. Karena itu dalam populasi yang kecil, kurang dari 100 individu, genetic drift masih cukup kuat pengaruhnya terhadap perubahan frekuensi alel, meskipun ada agen perubahan (evolutif) lain yang berperan pada saat itu juga terhadap perubahan frekuensi alel dalam arah yang berbeda.
Karena mempengaruhi frekuensi alel maka genetic drift merupakan agensia evolutif yang tidak dapat diabaikan, juga dalam peristiwa spesiasi, yang akan dikemukakan lebih lanjut dalam bab-bab berikut. Gambar 4.5 mengilustrasikan perbedaan antara gene flow dan genetic drift.

E.  Bottle Neck Effect (Efek leher botol)
Bottle neck effect (efek leher botol) adalah terjadi perubahan frekuensi alel akibat ada tempat yang kosong (areal baru). Di sini ada juga faktor kebetulan, artinya alel yang masuk ke areal baru atau yang keluar dari leher botol adalah suatu faktor kebetulan. Apakah itu frekuensi alel yang unggul atau kuat maupun yang tidak unggul atau lemah (lihat Gambar 4.6).
Efek leher botol dan genetic drift tidak selalu frekuensi alel yang baik atau unggul yang keluar, tetapi probabilitas alel yang baik dan yang lemah adalah sama, sedangkan pada gene flow hanya frekuensi alel yang baik saja yang keluar bermigrasi.

F.  Non Random Mating
Non random mating adalah perkawinan tidak acak dalam suatu populasi. Perkawinan yang tidak acak ini berhubungan dengan kemungkinan terjadinya fusi kromosom.

3. Variasi Gen dalam Populasi (Hukum Hardy-Weinberg)
Telah kita ketahui bahwa pada suatu organisme terdapat variasi yang diakibatkan oleh mutasi. Demikian pula diketahui bahwa mutasi selalu terjadi. Dengan demikian apabila mutasi ini terus terjadi maka organisme akan makin beranekaragam. Buktinya, organisme yang lebih rendah tingkatnya, ternyata mempunyai tingkat keanekaragaman dalam populasinya yang lebih tinggi. Hal ini erat kaitannya dengan  kecepatan pergantian generasi, mobilitas suatu organisme, besarnya populasi suatu organisme, tingkat tropiknya dan banyak aspek lainnya.
Gambar 4.6 Efek leher botol. Walaupun pada populasi awal frekuensi alelnya beragam, ada yang kuat dan ada yang lemah (hitam=kuat; putih=lemah), tetapi karena adanya efek leher botol, maka alel mana yang berada di mulut botol itulah yang lebih dahulu akan menempati areal yang baru. Jika yang keluar itu alel yang lemah, tetapi karena  habitat atau areal baru mendukung maka akan dapat survive pada areal yang baru itu.
 
 




Apabila mutasi tidak terjadi, maka evolusi tidak akan terjadi, karena keanekaragaman tidak ada. Apakah memang ada organisme yang tidak mempunyai keanekaragaman atau tingkat keanekaragamannya rendah? Memang pada dasarnya populasi yang ukurannya kecil sekali, mempunyai keanekaragaman yang sangat kecil. Apabila keanekaragaman kecil, maka kisaran toleransinya juga akan sangat kecil. Hal ini memungkinkan jika terjadi perubahan alam yang sedikit saja, maka sudah dapat mengakibatkan jenis atau populasi suatu organisme menjadi punah.
Berapa ukuran suatu populasi agar tetap bertahan, tidak seorangpun yang tahu. Kita belum mempunyai tolok ukur untuk menentukan hal ini, namun kita sudah dapat memperkirakannya sendiri. Misalnya, harimau Jawa  ada 6 (enam) ekor, atau badak Jawa ada 60 (enam puluh ekor).  Bagaimana pendapat kita mengenai hal ini, belum ada standard yang jelas.
Penelitian yang dilakukan pada semacam harimau yang dikenal dengan nama Cheetah (Aonyx jubatus) menunjukkan bahwa variabilitas jenis ini (diukur dengan tingkat heterosigositas dan polimorfisme) adalah sama dengan nol. Setiap individu jenis ini dapat dianggap sebagai kembar satu telur, karena transplantasi yang dicobakan pada individu yang berasal dari populasi di Afrika Selatan dengan individu yang berasal dari Afrika Tengah yang terpisah beberapa ribu kilometer, ternyata berhasil dengan sukses. Contoh pada penyu hijau (Chelonia mydas) yang berasal dari empat samudera yang berbeda juga menunjukkan bahwa lebih dari 99% gennya adalah identik. Sedangkan pada umumnya jumlah gen yang mempunyai alel yang berbeda berkisar antara 5% pada mamalia sampai 25% pada serangga dan tumbuh-tumbuhan.
Jadi jelaslah bahwa keanekaragaman itu penting sekali. Itulah sebabnya mengapa seringkali kita mendengar para ahli menyatakan bahwa Harimau Jawa atau Badak Jawa sudah punah. Tetapi orang-orang di Indonesia membantah bahwa Harimau Jawa dan Badak Jawa masih bisa ditemukan. Jelaslah disini bahwa istilah ‘punah’ yang kita dikemukakan para ahli lain berbeda dan bahkan dibantah oleh kita.
Contoh penelitian mengenai Cheetah dan penyu hijau memberikan gambaran bahwa semua individu Cheetah dan penyu hijau di muka bumi yang jumlahnya mencapai ribuan adalah identik atau hampir identik. Walaupun demikian, secara ekologis, tidaklah logis bila Cheetah dari Kenya dianggap satu populasi dengan Cheetah dari Ethiopia yang terpisah sejauh 6000km. Dalam ekologi, tempat atau lokasi dipakai sebagai tolok ukur untuk membedakan suatu populasi dengan populasi lainnya yang berada di lokasi yang lain.
Dalam istilah genetika populasi, semua individu kedua jenis di atas diartikan sebagai satu populasi. Adapun alasannya ialah bahwa suatu populasi dicirikan oleh suatu perbedaan dibandingkan dengan populasi yang lain. Alasan apa saja dapat dipakai sebagai tolok ukur untuk membedakan suatu populasi. Misalnya, frekuensi suatu alel jarang dalam suatu populasi berbeda bila dibandingkan dengan populasi yang lain. Perbedaan ini timbul karena individu suatu populasi akan cenderung untuk kawin dengan anggota populasinya. Batasan ini berbeda dengan batasan yang didefinisikan oleh para ekologiwan, namun untuk menerangkan proses evolusi kita akan memakai tolok ukur genetika populasi.
Secara terpisah Hardy dan Weinberg menemukan suatu rumusan untuk menyatakan bahwa frekuensi suatu alel dalam populasi akan tetap berada dalam keseimbangan. Apabila perbandingan genotip dalam suatu populasi tidak berubah dari generasi ke generasi, dapat dinyatakan bahwa frekuensi gen populasi tersebut dalam keadaan seimbang. Dengan perkataan lain, proses evolusi dapat diartikan sebagai suatu perubahan kumulatif frekuensi alel pada suatu populasi sejalan dengan waktu.
Keseimbangan frekuensi alel dalam suatu populasi dinyatakan Hardy-Weinberg dalam rumusan sebagai berikut: 
p2 (AA) + 2pq (Aa) + q2 (aa) = 1
 
 

                                                                              dimana: p = frekuensi alel A
                                                                                            q = frekuensi alel a
Contoh:  Misalnya frekuensi alel A = 0.6 berarti p = 0.6, jika p + q = 1, maka frekuensi alel  a = 0.4. (lihat Gambar 4.7)


 







  
Gambar 4.7.  Bagan frekuensi alel menurut hukum Hardy-Weinberg
 
 

Adapun rumus Hardy-Weinberg di atas dapat berlaku apabila:
(1)   Mutasi tidak terjadi, atau mutasi yang menguntungkan sama jumlahnya dengan mutasi yang tidak menguntungkan.
·         Telah diketahui bahwa mutasi yang terjadi tidak selalu mengakibatkan perubahan dalam struktur atau fungsi. Kejadian mutasi meskipun tidak terlihat, mungkin saja ikut berperan. Misalnya protein yang termutasi meskipun tidak mengubah fungsi, mungkin saja akan menunjukkan pengaruh apabila keadaan lingkungan berubah. Yang sudah dapat dipastikan adalah bahwa frekuensi gen dalam populasi akan berubah, karena ada satu gen yang berubah.
·          Kemungkinan ada mutasi yang menguntungkan sama banyaknya dengan mutasi yang merugikan tidak mungkin tercapai, karena pada umumnya mutasi yang terjadi bersifat merugikan.
(2)   Semua anggota populasi tertentu mempunyai kesempatan yang sama untuk mengawini sesama anggota populasinya (perkawinan acak atau “Panmiksi”).
·         Perkawinan acak hanya mungkin terjadi di daerah yang secara ekologi adalah benar-benar sama. Biasanya, perkawinan terjadi tidak secara acak.
·         Perkawinan pada umumnya terjadi dengan individu sepopulasi, karena kemungkinan untuk bertemu lebih besar. Meskipun perkawinan terjadi antar individu sepopulasi, umumnya ditemukan adanya suatu mekanisme khusus yang berperan dalam hal ini, misalnya berupa naluri, dan tingkah laku tertentu (etiologi).
(3)   Tidak terjadi imigrasi atau emigrasi, atau jumlah individu yang berimigrasi adalah sama dengan individu yang beremigrasi.
·         Imigrasi atau emigrasi akan mengubah frekuensi suatu gen dalam populasi.
·         Pengaruh imigrasi atau emigrasi berbanding terbalik dengan ukuran populasi asal atau ukuran populasi yang akan dibentuk.
·         Lebih kecil ukuran suatu populasi asal, maka perubahan frekuensi alel akan lebih besar bagi populasi tersebut.
·         Bagi suatu daerah terisolasi, misalnya suatu pulau, imigrasi suatu spesies ditentukan oleh alel-alel yang ikut dibawa ke daerah tersebut. Karena jumlah individu yang berhasil mencapai dan mengkolonisasi pulau itu dari tidak ada menjadi suatu populasi yang stabil, maka biasanya suatu alel yang tidak berarti frekuensinya dalam populasi asal, akan menjadi penting sekali bagi populasi kecil yang baru dibentuk. Hal ini sering disebut sebagai genetic drift atau founder effect (efek pembentuk populasi) atau sering disamakan juga dengan efek leher botol (bottle neck effect). Di Indonesia yang terdiri dari banyak pulau, mekanisme seperti ini sering sekali ditemukan.
·         Spesiasi atau subspesiasi (proses pembentukan spesies atau sub-spesies) dapat diterangkan dengan mekanisme di atas, meskipun masih terdapat banyak aspek lain yang turut menunjang. 
(4)   Semua alel mempunyai kemungkinan yang sama untuk berada dalam populasi, tidak ada yang lebih unggul dari yang lain. Dengan kata lain, seleksi alam tidak terjadi.
·         Alel-alel yang berlainan mempunyai tingkat keberhasilan hidup yang berlainan
·         Nilai keberhasilan hidup biasanya dinyatakan dalam perbandingan dengan alel normalnya
·         Nilai keberhasilan hidup dapat berubah-ubah bergantung kepada lingkungan hidupnya. Misalnya, mutan vestigial di alam tidak mungkin dapat bertahan hidup pada lingkungan yang berubah sehingga kita beri nilai keberhasilan hidup sama dengan 0 (nol). Namun, di laboratorium mutan vestigial dapat bertahan hidup meskipun mereka lebih lemah dari bentuk normal. Dengan demikian nilai keberhasilan hidup mutan vestigial di laboratorium tidak mungkin sama dengan 0 (nol).
(5)   Jumlah populasi tetap, atau jumlah individu yang mati sama dengan jumlah individu yang lahir.
·         Secara teoritis keadaan populasi yang tetap (stabil) tidak mungkin terjadi meskipun di suatu populasi yang terisolasi.
·         Selain faktor lingkungan yang senantiasa berubah-ubah sepanjang tahun, hal lain yang juga terjadi yaitu selalu ada kelahiran dan kematian.
·         Hasil penelitian tertentu menemukan bahwa pada umumnya suatu populasi berubah-ubah mengikuti suatu siklus tertentu yang spesifik.
(6)   Populasi berjumlah besar sehingga faktor kebetulan tidak terjadi atau dapat diabaikan.
·         Populasi besar hanya mungkin terjadi pada serangga atau mikroba, namun tidak mungkin terjadi pada populasi hewan mamalia misalnya.
·         Populasi yang besar erat kaitannya dengan resource (sumber) yang tersedia, baik sumber makanan maupun habitat yang cocok.
·         Lebih besar suatu organisme, jumlah makanan dan tempat untuk hidup harus tersedia dalam jumlah yang lebih besar pula.
Berdasarkan penjelasan di atas, ternyata bahwa persyaratan untuk pemberlakukan rumus atau hukum Hardy-Weinberg hampir tidak pernah dapat dipenuhi. Oleh karena itu dapat dipastikan bahwa evolusi itu terjadi. Rumus atau hukum ini hanya dapat dipenuhi pada satuan waktu yang sangat singkat. Artinya dalam waktu yang sangat singkat rumus dapat terpenuhi, namun dalam jangka waktu tertentu saja, rumus ini tidak mungkin berlaku, karena ke-enam persyaratan tersebut di atas tidak mungkin terpenuhi sekaligus. Hanya persyaratan ke-tiga, emigrasi dan imigrasi saja yang mungkin dapat terpenuhi pada populasi di pulau terpencil atau pada organisme yang hanya dapat hidup di puncak gunung yang tinggi, inipun suatu perkecualian. 

4.2. Hukum Yang Melatarbelakangi Seleksi Alam (Natural Selection)
Pada tahun 1859 Darwin dan Wallace telah mengemukakan teori seleksi alam (natural selection). Seleksi alam adalah suatu mekanisme evolusi yang terjadi pada organisme akibat adanya seleksi alamiah dari lingkungan tempat hidup, apabila organisme dapat bertahan terhadap seleksi alamiah tersebut akan tetap hidup, sedangkan yang tidak dapat bertahan akan punah.
Mark Ridley (1996), menyebutkan bahwa, kemampuan berreproduksi (tingkat kesuburan) dan kemampuan berkompetisi untuk dapat bertahan hidup (suvive) dari setiap spesies merupakan kondisi awal yang menentukan bagi proses seleksi alam, sebagaimana disebutkan oleh Darwin. Seleksi alam secara abstrak mudah difahami, namun perlu alasan-alasan yang logis (masuk akal) untuk menyatakatanya sebagai suatu dalil. Berikut ini dikemukakan empat alasan paling umum yang dapat menjelaskan proses seleksi alam.
(1)   Reproduksi. Artinya bahwa sungguh-sungguh suatu spesies harus berreproduksi untuk membentuk generasi yang baru.
(2)   Sifat-sifat dapat diturunkan. Artinya bahwa, sifat-sifat turunan merupakan menifestasi dari sifat-sifat induk.
(3)   Terdapat variasi karakter di antara anggota populasi. Jika kita mempelajari atau meneliti seleksi alam pada ukuran tubuh, maka setiap individu yang berbeda dalam populasi tersebut harus menunjukkan perbedaan dalam ukuran tubuhnya.
(4)   Terdapat variasi dalam kaitan dengan fitness dari setiap organsime agar karakter yang dimilki dapat diwariskan. Dalam teori evolusi, fitness adalah istilah teknis, yang berarti jumlah rata-rata karakter turunan suatu individu yang secara relatif dapat diturunkan kepada rata-rata anggota populasi. Dengan kata lain, fitness adalah sifat atau karater yang dimiliki oleh sejumlah besar (rata-rata anggota populasi), kemudian sifat atau karakter tersebut harus dapat diturunkan kepada rata-rata angota populasi, sehingga rata-rata anggota populasi tersebut memiliki sifat atau karakter tersebut. Dalam hal ini, berarti bahwa individu-individu dalam suatu populasi dengan beberapa karakter tertentu harus lebih dapat diwariskan (fitness yang tinggi) dibandingkan dengan yang lain. (Pengertian fitness dalam evolusi berbeda dengan arti fitness dalam atletik.
Berikut ini dikemukakan beberapa bentuk atau jenis seleksi alam (lihat Gambar 4.8):
Gambar 4.8. Tiga jenis seleksi alam. Gambar di atas atau grafik pertama, menunjukkan distribusi frekuensi pada karakter ukuran tubuh.  Untuk kebanyakan karakter di alam, distribusi ini memiliki puncak di tengah, mendekati rata-rata/normal, serta pada ekstrim rendah dan tinggi. Gambar di tengah atau grafik kedua, menunjukkan hubungan antara ukuran tubuh dengan fitness, pada generasi pertama. Gambar di bawah atau grafik ketiga menunjukkan perubahan karakter akan terjadi pada generasi-generasi berikutnya, jika karakter ukuran tubuh diwariskan.  (a) Seleksi berarah (Directional selection); (b) Seleksi penstabilan (Stabilizing selection); (c) Seleksi terganggu (Disruptive selection); dan (d) Tidak ada seleksi (No selection).  Sumber: Ridley (1996 : 74).
 



























(1)     Seleksi berarah (Directional selection). Yaitu individu-individu dengan ukuran tubuh kecil dalam suatu populasi memiliki fitness yang lebih tinggi, dan spesies dengan ukuran tubuh rata-rata (normal) akan makin menurun sejalan dengan berjalannya waktu.
(2)     Seleksi penstabilan (Stabilizing selection). Yaitu individu-individu dengan ukuran tubuh rata-rata (normal) memiliki fitness yang lebih tinggi.
(3)     Seleksi terganggu (Disruptive selection).  Yaitu individu-individu dengan ukuran tubuh pada kedua ekstrim lebih baik. Jika seleksi cukup kuat, populasi akan terpecah menjadi dua yaitu populasi dengan ukuran tubuh kecil (ekstrim kiri) dan populasi dengan ukuran tubuh besar (ekstrim kanan).
Tidak ada seleksi (No selection). Yaitu jika tidak terdapat hubungan antara karakter (ukuran tubuh) dengan fitness, dalam hal ini seleksi alam tidak berlangsung.

4.3. Hukum Yang Melatarbelakangi Terjadinya Favoured Races
            Berdasarkan pengalaman dan observasi, Darwin merumuskan hipotesis bahwa spesies baru muncul melalui proses seleksi alam. Dua diantara asumsi yang mendasari hipotesis tersebut adalah :1) Meskipun makhluk hidup cenderung bereproduksi dalam jumlah yang besar tetapi dari beberapa spesies, jumlah keseluruhannya selalu tetap; 2) Pada setiap spesies selalu terjadi variasi. Variasi tertentu akan membantu anggota spesies tersebut dapat bertahan dalam tipe lingkungan tertentu, sementara variasi yang lain tidak dapat bertahan.
            Darwin mengemukakan bahwa makhluk hidup dengan variasi yang menguntungkan akan mempunyai kemungkinan yang besar untuk bertahan dan bereproduksi. Sebaliknya makhluk hidup  yang mempunyai variasi-variasi yang tidak menguntungkan akan punah dan yang dapat bertahan akan meneruskan variasi tersebut kepada keturunannya. Variasi yang menguntungkan tersebut akan berakumulasi selama periode waktu tertentu, sehingga akan muncul makhluk hidup yang berbeda dengan anggota spesies semula, yang cocok dengan keadaan lingkungannya, dan akhirnya muncul sebutan “spesies kesayangan”(=favoured Races)
            Terjadinya “Favoured races” tersebut tidak dapat dipisahkan dari prinsip “Use” dan “Disuse” yang dikemukakan oleh Lamarck. Lamarck berasumsi bahwa : 1) Bagian tubuh yang digunakan berlebihan akan berkembang dan membesar, sebaliknya yang kurang/tidak digunakan akan mengecil atau bahkan menghilang; 2) Hewan akan menurunkan keturunannya yang khas yang diperoleh selama hidupnya. Dengan demikian keturunannya tersebut akan mewarisi kekhususannya dan ini akan berkembang jika digunakan dan akan mengecil jika tidak digunakan.
            Lamarck mengemukakan bahwa spesies baru yang berkembang setelah beberapa generasi adalah diperolehnya ciri-ciri baru atau menghilangnya ciri-ciri lama. Inilah yang mendukung konsep terjadinya “favoured races”, dengan koreksi yang dilakukan oleh Darwin terhadap konsep Lamarck yaitu : Panjang leher moyang jerapah bervariasi, ada yang panjang dan ada yang pendek; Karena perubahan lingkungan, jerapah yang berleher pendek kelaparan dan mati, yang bertahan hidup adalah jerapah yang berleher panjang. Jadi dikemudian hari hanya jerapah yang berleher panjang yang mampu bertahan melangsungkan kehidupannya. Dengan demikian, jerapah yang berleher panjang inilah “Favoured races” yang terjadi.
            Perkembangan berikutnya, bertolak dari prinsip seleksi alam, manusia melakukan seleksi buatan untuk memperoleh “Favoured races” dalam hal ini tumbuhan, dan disebut sebagai bibit unggul. Seleksi dilakukan dengan cara menyilangkan 2 varietas tanaman yang memiliki keunggulan tertentu sehingga diperoleh keturunan yang nantinya diharapkan dapat menunjukkan sifat baik yang diinginkan yaitu galur murni tanaman bibit unggul. Seleksi buatan ini pada prinsipnya adalah menekan berkembangnya gena-gena yang jelek dan memberikan peluang berkembang gena-gena yang baik.
 


Untuk lebih memantapkan penguasaan saudara tentang materi tersebut, jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini sebagai latihan.

1.      Dari hasil perkawinan ayam hutan dengan ayam kampung akan diperoleh keturunan baru yaitu ayam bekisar. Benarkah bahwa peristiwa tersebut merupakan peristiwa spesiasi?
2.      Bagaimanakah kedudukan hukum Hardy-Weinberg dalam mendukung teori evolusi?
3.      Dalam suatu populasi makhluk hidup terdiri dari spesies dengan berbagai variasi fenotip yaitu : Fenotip A sebanyak 10; Fenotip B sebanyak 20; dan Fenotip C sebanyak 10. Dengan adanya perubahan lingkungan selama periode waktu tertentu terjadi perubahan variasi sehingga menjadi : Fenotip A tidak ada; Fenotip B sebanyak 10; dan Fenotip C sebanyak 20; Fenotip D sebanyak 10. Termasuk jenis seleksi yang manakah kejadian tersebut?
4.      Kucing yang dipelihara di rumah, apabila dilihat dari struktur giginya termasuk hewan karnivora. Kenyataan yang banyak dijumpai hewan tersebut mau makan nasi atau makanan lain yang berasal dari tumbuhan. Betulkah kucing tersebut termasuk favoured races? Jelaskan.

 

 


RANGKUMAN


            Ide Darwin tentang terjadinya favoured races didukung oleh teori seleksi alam yang dikemukakan oleh Lamrck, sehingga ada dua model interpretasi untuk menjelaskan terjadinya favoured races, yaitu interpretasi menurut paham Lamarck dan interpretasi menurut paham Darwin.
            Dari hasil pengamatan yang dilakukan Darwin terhadap spesies-spesies burung Finch di kepulauan Galapagos dapat disimpulkan bahwa terjadinya favoured races merupakan hasil adaptasi makhluk hidup terhadap lingkungannya
            Bertolak dari prinsip seleksi alam, manusia melakukan upaya seleksi buatan untuk memperoleh bibit unggul tumbuhan favoured races, juga dilakukan upaya-upaya lain untuk mendapatkan keturunan manusia yang berkualitas baik.

 

 

 


TES  FORMATIF



Pilihlah A. Jika pernyataan betul, alasan betul dan keduanya menunjukkan adanya hubungan sebab akibat.
Pilihlah B. Jika pernyataan betul, alasan betul dan keduanya tidak menunjukkan adanya hubungan sebab akibat
Pilihlah C. Jika salah satu pernyataan betul
Pilihlah D. Jika kedua pernyataan salah

1. Terjadinya “favoured races” tidak dapat dipisahkan dari prinsip “use and disuse” SEBAB Banyak factor yang mempengaruhi terjadinya “favoured races”.
2.      Teori seleksi alam Lamrck mendukung teori seleksi alam Darwin SEBAB kedua teori tersebut berpijak pada asumsi yang sama.
3.      Hasil perkawinan antara burung merpati dan burung balam akan menghasilkan spesies baru SEBAB Keturunan hasil perkawinan tersebut mempunyai sifat yang berbeda dari induknya.
4.      Dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia maka peningkatan potensi genetik perlu dilakukan SEBAB Kualitas manusia yang tinggi akan mampu mempertahankan diri terhadap lingkungan yang jelek.

Cocokkan jawaban saudara dengan kunci tes formatif. Hitunglah jumlah jawaban anda yang benar kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan saudara terhadap materi yang dipelajari.
R u m u s :
                                          Jumlah jawaban yang benar
Tingkat penguasaan  =                                                        X  100%
                                             Jumlah soal
Taraf  Penguasaan:

90% - 100%                = baik sekali                            70% - 79 %     = cukup
80% - 89%                  = baik                                      < 70%              = kurang
       Jika saudara mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, saudara dapat meneruskan ke bab berikutnya. Tetapi jika kurang dari 80%, saudara harus mengulangi lagi mempelajari bab ini terutama bagian yang belum dikuasai.
 


KUNCI  JAWABAN  TES  FORMATIF


1. B                         2. C                        3. C                       4. A

 


Tidak ada komentar:

Pengikut