Papan Buletin Blog Bhima

Bhima's Leaf

Jumat, 24 Desember 2010

THERMOREGULASI



A.    Tujuan Praktikum
A.1 Tujuan Kegiatan
1.          Mahasiswa dapat melakukan pengukuran suhu tubuh hometerm dan mengamati pengaruh suhu lingkungan terhadap suhu tubuh manusia.
2.          Mahasiswa dapat melakukan pengukuran suhu tubuh poikiloterm dan mengamati pengaruh suhu lingkungan terhadap suhu tubuh katak.
A.2 Kompetensi Khusus
1.          Mahasiswa dapat melakukan pengukuran suhu tubuh hometerm dan mengamati pengaruh suhu lingkungan terhadap suhu tubuh manusia.
2.          Mahasiswa dapat melakukan pengukuran suhu tubuh poikiloterm dan mengamati pengaruh suhu lingkungan terhadap suhu tubuh katak.

KAJIAN PUSTAKA
Termoregulasi pada Hewan
Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi adalah elemen-elemen dari homeostasis. Dalam termoregulasi dikenal adanya hewan berdarah dingin (cold-blood animals) dan hewan berdarah panas (warm-blood animals). Namun, ahli-ahli Biologi lebih suka menggunakan istilah ektoterm dan endoterm yang berhubungan dengan sumber panas utama tubuh hewan. Ektoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari lingkungan (menyerap panas lingkungan). Suhu tubuh hewan ektoterm cenderung berfluktuasi, tergantung pada suhu lingkungan. Hewan dalam kelompok ini adalah anggota invertebrata, ikan, amphibia, dan reptilia. Sedangkan endoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari hasil metabolisme. Suhu tubuh hewan ini lebih konstan. Endoterm umum dijumpai pada kelompok burung (Aves), dan mamalia. Pengaruh suhu pada lingkungan, hewan dibagi menjadi dua golongan, yaitu poikiloterm dan homoiterm. Poikiloterm suhu tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh bagian dalam lebih tinggi dibandingkan dengan suhu tubuh luar. Hewan seperti ini juga disebut hewan berdarah dingin. Dan hewan homoiterm sering disebut hewan berdarah panas
Pada hewan homoiterm suhunya lebih stabil, hal ini dikarenakan adanya reseptor dalam otaknya sehingga dapat mengatur suhu tubuh. Hewan homoiterm dapat melakukan aktifitas pada suhu lingkungan yang berbeda akibat dari kemampuan mengatur suhu tubuh. Hewan homoiterm mempunyai variasi temperatur normal yang dipengaruhi oleh faktor umur, faktor kelamin, faktor lingkungan, faktor panjang waktu siang dan malam, faktor makanan yang dikonsumsi dan faktor jenuh pencernaan air
Hewan berdarah panas adalah hewan yang dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-suhu tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya. Sebagian panas hilang melalui proses radiasi, berkeringat yang menyejukkan badan. Melalui evaporasi berfungsi menjaga suhu tubuh agar tetap konstan. Contoh hewan berdarah panas adalah bangsa burung dan mamalia, hewan yang berdarah dingin adalah hewan yang suhu tubuhnya kira-kira sama dengan suhu lingkungan sekitarnya
Suhu tubuh tergantung pada neraca keseimbangan antara panas yang diproduksi atau diabsorbsi dengan panas yang hilang. Panas yang hilang dapat berlangsung secara radiasi, konveksi, konduksi dan evaporasi. Radiasi adalah transfer energi secara elektromagnetik, tidak memerlukan medium untuk merambat dengan kecepatan cahaya. Konduksi merupakan transfer panas secara langsung antara dua materi padat yang berhubungan lansung tanpa ada transfer panas molekul. Panas menjalar dari yang suhunya tinggi kebagian yang memiliki suhu yang lebih rendah. Konveksi adalah suatu perambatan panas melalui aliran cairan atau gas. Besarnya konveksi tergantung pada luas kontak dan perbedaan suhu. Evaporasi merupakan konveksi dari zat cair menjadi uap air, besarnya laju konveksi kehilangan panas karena evaporasi . Hewan mempunyai kemampuan adaptasi terhadap perubahan suhu lingkungan. Sebagai contoh, pada suhu dingin, mamalia dan burung akan meningkatkan laju metabolisme dengan perubahan hormon-hormon yang terlibat di dalamnya, sehingga meningkatkan produksi panas. Pada ektoterm (misal pada lebah madu), adaptasi terhadap suhu dingin dengan cara berkelompok dalam sarangnya. Hasil metabolisme lebah secara kelompok mampu menghasilkan panas di dalam sarangnya.
Beberapa adaptasi hewan untuk mengurangi kehilangan panas, misalnya adanya bulu dan rambut pada burung dan mamalia, otot, dan modifikasi sistim sirkulasi di bagian kulit. Kontriksi pembuluh darah di bagian kulit dan countercurrent heat exchange adalah salah satu cara untuk mengurangi kehilangan panas tubuh. Perilaku adalah hal yang penting dalam hubungannya dengan termoregulasi. Migrasi, relokasi, dan sembunyi ditemukan pada beberapa hewan untuk menurunkan atau menaikkan suhu tubuh. Gajah di daerah tropis untuk menurunkan suhu tubuh dengan cara mandi atau mengipaskan daun telinga ke tubuh. Manusia menggunakan pakaian adalah salah satu perilaku unik dalam termoregulasi.
Jenis-Jenis Dan Macam-Macam Adaptasi
1.      Adaptasi Morfologi
Adaptasi morfologi adalah penyesuaian pada organ tubuh yang disesuaikan dengan kebutuhan organisme hidup. Misalnya seperti gigi singa, harimau, citah, macan, dan sebagainya yang runcing dan tajam untuk makan daging. Sedangkan pada gigi sapi, kambing, kerbau, biri-biri, domba dan lain sebagainya tidak runcing dan tajam karena giginya lebih banyak dipakai untuk memotong rumput atau daun dan mengunyah makanan.
2.      Adaptasi Fisiologi
Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yang menyebabkan adanya penyesuaian pada alat-alat tubuh untuk mempertahankan hidup dengan baik. Contoh adapatasi fisiologis adalah seperti pada binatang / hewan onta yang punya kantung air di punuknya untuk menyimpan air agar tahan tidak minum di padang pasir dalam jangka waktu yang lama serta pada anjing laut yang memiliki lapisan lemak yang tebal untuk bertahan di daerah dingin.
3.          Adaptasi Tingkah Laku
Adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian mahkluk hidup pada tingkah laku / perilaku terhadap lingkungannya seperti pada binatang bunglon yang dapat berubah warna kulit sesuai dengan warna yang ada di lingkungan sekitarnya dengan tujuan untuk menyembunyikan diri.
Termoregulasi pada Manusia
Termoregulasi manusia berpusat pada hypothalamus anterior terdapat tiga komponen pengatur atau penyusun sistem pengaturan panas, yaitu termoreseptor, hypothalamus, dan saraf eferen serta termoregulasi dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-suhu tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya
Mekanisme pengaturan suhu tubuh merupakan penggabungan fungsi dari organ-organ tubuh yang saling berhubungan. didalam pengaturan suhu tubuh mamalia terdapat dua jenis sensor pengatur suhu, yautu sensor panas dan sensor dingin yang berbeda tempat pada jaringan sekeliling (penerima di luar) dan jaringan inti (penerima di dalam) dari tubuh.Dari kedua jenis sensor ini, isyarat yang diterima langsung dikirimkan ke sistem saraf pusat dan kemudian dikirim ke syaraf motorik yang mengatur pengeluaran panas dan produksi panas untuk dilanjutkan ke jantung, paru-paru dan seluruh tubuh. Setelah itu terjadi umpan balik, dimana isyarat, diterima kembali oleh sensor panas dan sensor dingin melalui peredaran darah .
Sebagian panas hilang melalui proses radiasi, berkeringat yang menyejukkan badan. Melalui evaporasi berfungsi menjaga suhu tubuh agar tetap konstan. dan modifikasi sistim sirkulasi di bagian kulit. Kontriksi pembuluh darah di bagian kulit dan countercurrent heat exchange adalah salah satu cara untuk mengurangi kehilangan panas tubuh. Mausia menggunakan baju merupakan salah satu perilaku unik dalam termoregulasi
Kemampuan yang dimiliki oleh hewan untuk mempertahankan panas tubuhnya
Hewan dibagi menjadi dua:
1.      Hewan Poikiloterm
Yaitu hewan yang suhu tubuhnya selalu berubah seiring dengan berubahnya suhu lingkungan.
2.      Hewan Homeoterm
Yaitu hewan yang suhu tubuhnya selalu konstan/tidak berubah sekalipun suhu lingkungannya sangat berubah.
B.     Metode Praktikum
B.1   Jenis Kegiatan : Eksperimen.
B.2   Obyek pengamatan : Probandus.
B.3   Bahan dan Alat
Untuk pengukuran suhu tubuh poikiloterm diperlukan alat dan bahan sebagai berikut :
1.      Termometer badan
2.      Alat kompres air
3.      Gelas piala ukuran 1 liter
4.      Air es
5.      Air panas
6.      Pengukur waktu



B.4   Cara Kerja
1.            Pengaruh Suhu Lingkungan Terhadap Suhu Badan Manusia
Untuk pengukuran suhu tubuh hometerm dalam hal ini manusia digunakan termometer badan yang skalanya antara 35-43oC. Ada berbagai tempat yang biasa digunakan untuk pengukuran suhu tubuh antara lain : aksial (ketiak), sublingual (oral), dan anal (anus).
 

Sebelum digunakan termometer harus menunjukkan skala terendah, hal ini dapat dilakukan dengan cara mengibas-ngibaskan termometer tersebut. Untuk melakukan hal ini perlu hati-hati karena sering secara tidak sengaja menyentuh tubuh teman atau benda keras lainnya yang dapat mengakibatkan pecahnya termometer.

Tarus termometer tersebut pada ketiak naracoba selama kurang lebih 3 menit, kemudian amati skalanya dan catat suhunya. Setelah itu pada leher (sekitar arteri jugularis) tempelkan kompres air dingin selama lima menit.
 

kemudian ukur suhu tubuhnya seperti di atas dan amati setiap 1 menit. Ulangi dengan mengganti kompres air hangat. Catat apakah ada perbedaan suhu tubuh naracoba pada sebelum dan sesudah perlakuan (Uji dengan Anava).

2.            Pengaruh Suhu Lingkungan Terhadap Suhu Katak
Untuk pengukuran suhu tubuh poikiloterm diperlukan alat dan bahan sebagai berikut :
Termometer yang memiliki skala 0-100oC
Gelas piala ukuran 1 liter
Air es
Air panas
Batang kayu atau kaca
Tali pengikat (benang kenur)
Pengukur waktu

Cara Kerja :
Ambil katak Bufo sp. kemudian fiksasi pada batang kaca atau kayu dengan menggunakan benang kenur kemudian masukkan termometer ke dalam mulut katak, biarkan selama 3 menit, catat suhunya.

Kemudian masukkan katak tersebut ke dalam gelas piala ukuran 1 liter yang diisi air dingin, biarkan selama 5 menit dan catat perubahan suhunya setiap 1 menit.
 

Kemudian ganti air dingin dengan air hangat dan catat suhunya seperti yang dilakukan di atas. Apakah ada perbedaan antara ketiga perlakuan (uji data yang diperoleh dengan analisis varians).

HASIL
1.      Pengaruh suhu lingkungan terhadap suhu tubuh manusia

NO
PROBANDUS
TANPA PERLAKUAN
AIR PANAS
AIR ES
1.
A
36,5 º C
36,4º C
36,8º C

2.
B
36,5 º C
36,6º C
36,6º C
3.
C
36,1º C
36,4º C
36,6º C
2.      Pengaruh suhu lingkungan terhadap suhu tubuh katak

NO
KATAK

TANPA PERLAKUAN
AIR PANAS
AIR ES
1.
26 º C
19,2 º C
35,9 º C


PEMBAHASAN


SUHU TUBUH
Suhu optimal sesuai keadaan tubuh
Suhu tubuh :
1. Suhu inti konstan
2. Suhu permukaan berubah-ubaH.

Kehilangan Panas
• Suhu kulit lebih tinggi dari suhu lingkungan panas dibuang dengan cara Radiasi dan Konduksi
• Suhu kulit lebih rendah dari suhu lingkungan panas masuk tubuh dengan cara Radiasi dan konveksi
Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi adalah elemen-elemen dari homeostasis. Dalam termoregulasi dikenal adanya hewan berdarah dingin (cold-blood animals) dan hewan berdarah panas (warm-blood animals). Namun, ahli-ahli Biologi lebih suka menggunakan istilah ektoterm dan endoterm yang berhubungan dengan sumber panas utama tubuh hewan. Ektoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari lingkungan (menyerap panas lingkungan). Suhu tubuh hewan ektoterm cenderung berfluktuasi, tergantung pada suhu lingkungan. Hewan dalam kelompok ini adalah anggota invertebrata, ikan, amphibia, dan reptilia. Sedangkan endoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari hasil metabolisme. Suhu tubuh hewan ini lebih konstan. Endoterm umum dijumpai pada kelompok burung (Aves), dan mamalia
Mekanisme perubahan panas tubuh
1. Terjadi dengan 4 proses
2. Konduksi adalah perubahan panas tubuh hewan karena kontak dengan suatu benda.
3. Konveksi adalah transfer panas akibat adanya gerakan udara atau cairan melalui permukaan tubuh.
4. Radiasi adalah emisi dari energi elektromagnet. Radiasi dapat mentransfer panas antar obyek yang tidak kontak langsung. Sebagai contoh, radiasi sinar matahari.
5. Evaporasi proses kehilangan panas dari permukaan cairan yang ditranformasikan dalam bentuk gas
Hewan mempunyai kemampuan adaptasi terhadap perubahan suhu lingkungan. Sebagai contoh, pada suhu dingin, mamalia dan burung akan meningkatkan laju metabolisme dengan perubahan hormon-hormon yang terlibat di dalamnya, sehingga meningkatkan produksi panas. Pada ektoterm (misal pada lebah madu), adaptasi terhadap suhu dingin dengan cara berkelompok dalam sarangnya. Hasil metabolisme lebah secara kelompok mampu menghasilkan panas di dalam sarangnya
• Perilaku adalah hal yang penting dalam hubungannya dengan termoregulasi. Migrasi, relokasi, dan sembunyi ditemukan pada beberapa hewan untuk menurunkan atau menaikkan suhu tubuh. Gajah di daerah tropis untuk menurunkan suhu tubuh dengan cara mandi atau mengipaskan daun telinga ke tubuh. Manusia menggunakan pakaian adalah salah satu perilaku unik dalam termoregulasi

Termoregulasi manusia berpusat pada hypothalamus anterior terdapat tiga komponen pengatur atau penyusun sistem pengaturan
panas, yaitu termoreseptor, hypothalamus, dan saraf eferen serta termoregulasi (Swenson, 1997). Pengaruh suhu pada lingkungan, hewan dibagi menjadi dua golongan, yaitu poikiloterm dan homoiterm. Poikiloterm suhu tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh bagian dalam lebih tinggi dibandingkan dengan suhu tubuh luar. Hewan seperti ini juga disebut hewan berdarah dingin. Dan hewan homoiterm sering disebut hewan berdarah panas (Duke’s, 1985).
Pada hewan homoiterm suhunya lebih stabil, hal ini dikarenakan adanya reseptor dalam otaknya sehingga dapat mengatur suhu tubuh. Hewan homoiterm dapat melakukan aktifitas pada suhu lingkungan yang berbeda akibat dari kemampuan mengatur suhu tubuh. Hewan homoiterm mempunyai variasi temperatur normal yang dipengaruhi oleh faktor umur, faktor kelamin, faktor lingkungan, faktor panjang waktu siang dan malam, faktor makanan yang dikonsumsi dan faktor jenuh pencernaan air (Swenson, 1997).
Hewan berdarah panas adalah hewan yang dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-suhu tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya. Sebagian panas hilang melalui proses radiasi, berkeringat yang menyejukkan badan. Melalui evaporasi berfungsi menjaga suhu tubuh agar tetap konstan. Contoh hewan berdarah panas adalah bangsa burung dan mamalia, hewan yang berdarah dingin adalah hewan yang suhu tubuhnya kira-kira sama dengan suhu lingkungan sekitarnya (Guyton, 1987).
Suhu tubuh tergantung pada neraca keseimbangan antara panas yang diproduksi atau diabsorbsi dengan panas yang hilang. Panas yang hilang dapat berlangsung secara radiasi, konveksi, konduksi dan evaporasi. Radiasi adalah transfer energi secara elektromagnetik, tidak memerlukan medium untuk merambat dengan kecepatan cahaya. Konduksi merupakan transfer panas secara langsung antara dua materi padat yang berhubungan lansung tanpa ada transfer panas molekul. Panas menjalar dari yang suhunya tinggi kebagian yang memiliki suhu yang lebih rendah. Konveksi adalah suatu perambatan panas melalui aliran cairan atau gas. Besarnya konveksi tergantung pada luas kontak dan perbedaan suhu. Evaporasi merupakan konveksi dari zat cair menjadi uap air, besarnya laju konveksi kehilangan panas karena evaporasi (Martini, 1998).
Manusia seperti mamalia lain adalah homoioterm, artinya suhu tubuhnya konstan meskipun suhu lingkungan berfluktuasi jauh di atas atau di bawah suhu tubuhnya. Berkaitan dengan usaha mempertahankan suhu tubuh tersebut kulit mempunyai peranan yang penting. Di dalam kulit terdapat jaring-jaring pembuluh darah dan kelenjar keringat yang dikendalikan oleh sistem syaraf. Disamping itu di dalam kulit juga terdapat reseptor berbagai macam sensasi, satu diantaranya adalah termoreseptor.
Bila suhu tubuh nmanusia panas, ada kecenderungan tubuh meningkatkan kehilangan panas ke lingkungan, bila tubuh merasa dingin maka kecenderungannya menurunkan kehilangan panas. Jumlah panas yang hilang ke lingkungan melalui radiasi dan konduksi konveksi sangat ditentukan oleh perbedaan suhu antara kulit dan lingkungan eksternal. Bagian pusat tubuh merupakan ruang yang memiliki suhu yang dijaga tetap sekitar 37º C. mengelilingi pusat tubuh adalah lapisan kulit dimana terjadi pertukaran panas antara tubuh dan lingkungan luar. Dalam usaha memelihara suhu tubuh yang konstan, kapasitas insulatif dan suhu kulit dapat diatur ke berbagai gradien suhu antara kulit dan lingkungan eksternal, dengan cara demikian mempengaruhi tingkat kehilangan panas.
Suhu tubuh diatur seluruhnya oleh mekanisme persyarafan umpan balik dan hampir semua mekanisme ini terjadi melalui pusat pengaturan suhu yang terletak pada hipotalamus. Agar mekanisme umpan balik ini dapat berlangsung harus juga tersedia pendetektor suhu untuk menentukan kapan suhu tubuh menjadi sangat panas atau sangat dingin. Area preoptik hipotalamus anterior diketahui mengandung sejumlah besar neuron yang sensitif terhadap panas yang jumlahnya kira-kira sepertiga neuron yang sensitif terhadap dingin. Neuron-neuron ini diyakini berfungsi sebagai sensor suhu untuk mengontrol suhu tubuh.neuron-neuron yang sensitif terhadap panas ini meningkatkan kecepatan kerjanya sesuai dengan peningkatan suhu, kecepatannya kadang meningkat 2-10 kali lipat ganda pada kenaikan suhu tubuh sebesar 10 º C. Neuron yangsensitif terhadap dingin, sebaliknya, meningkatkan kecepatan kerjanya saat suhu tubuh turun.
Apabila area preoptik dipanaskan, kulit diseluruh tubuh denagn segera mengeluarkan banyak keringat sementara pada wkatu yang sama pembuluh darah kulit di seluruh tubuh menjadi sangat berdilatasi. Jadi hal ini merupakan reaksi yang cepat untuk menyebabkan tubuh kehilangan panas, dengan demikian membantu mengembalikan suhu tubuh kembali normal. Disamping itu pembentukan panas tubuh yang berlebihan dihambat. Oleh karena itu jelas bahwa area preoptik dari hipotalamus memiliki kemampuan untuk berfungsi sebagai termostatik pusat kontrol suhu tubuh.
Apabila seluruh kulit tubuh menggigil, terjadi pengaruh refleks yang segera dibangkitkan untuk meningkatkan suhu tubuh melalui beberapa cara yaitu:
1. Memberikan rangsangan kuat sehingga menyebabkan menggigil dengan akibat meningkatnya kecepatan pembentukan panas tubuh.
2. Menghambat proses berkeringat bila hal ini harus terjadi
3. Meningkatkan vasokonstriksi kulit untuk menghilangkan pemindahan panas tubuh ke kulit.
Reseptor suhu tubuh bagian dalam juga ditemukan pada bagian tertentu dari tubuh, terutama di medulla spinalis, di organ dalam abdomen dan di sekitar vena-vena besar. Reseptor dalam ini berbeda fungsinya dengan reseptor kulit karena reseptor tersebut lebih bamyak terpapar denagn suhu inti tubuh daripada suhu permukaan tubuh. Namun seperti halnya reseptor suhu kulit, reseptor tersebut lebih banyak mendeteksi dingin daripada hangat. Adalah suatu kemungkian bahwa baik reseptor kulit maupun reseptor bagian dalam berperan mencegah hipotermia yaitu mencegah suhu tubuh rendah.
Sewaktu pusat temperatur hipotalamus mendeteksi bahwa temperatur tubuh terlalu panas atau terlalu dingin, pusat akan memberikan prosedur penurunan atau peningkatn temperatur yang sesuai. Sistem pengatur temperatur menggunakan tiga mekanisme penting untuk menurunkan panas tubuh ketika temperatur menjadi sangat tinggi yaitu;
1. Vasolidasi. Pada hampir semua area tubuh, pembuluh darah kulit berdilatasi dengan kuat. Hal ini disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada hipotalamus posterior yang menyebabkan vasokonstriksi. Vasolidasi penuh akan meningkatkan kecepatan pemindahan panas ke kulit sebnayak 8 kali lipat.
2. Berkeringat. Peningkatan temperatur tubuh 1ºC menyebabkan keringat yang cukup banyak untuk mebuang 10 kali lebih besar kecepatan metabolisme basal dari pembentukanpanas tubuh.
3. Penurunan pembentukan panas. Mekanisme yang menyebabkan pembentukan panas berlebihan seperti menggigl dan termogenesis kimia dihambat dengan kuat.
Ketika tubuh terlalu dingin, sistem pengaturan temperatur mengadakan prosedur yang berlawanan yaitu:
1. Vasokonstriksi kulit diseluruh tubuh. Hal ini disebabkan oleh rangsangan pusat simpatis hipotalamus posterior.
2. Piloereksi. Rangsangan simpatis menyebabkan otot arektor pili yang melekat ke folikel rambut berkontraksi yang menyebabkan rambut berdiri tegak. Hal ini penting pada manusia tetapi pada hewan yang lebih rendah, berdirinya rambut memungkinkan mereka untuk membentuk lapisan tebal “isolator udara” bersebelahan dengan kulit sehingga pemindahan panas ke lingkungan sangat ditentukan
3. Peningkatan pembentukan panas. Pembentukan panas oleh sistem metabolisme meningkat dengan menggigil, rangsangan simpatis pembentukan panas, sekresi tiroksin.
Praktium dengan judul thermoregulasi ini dilakukan dengan tujuan agar mahasiswa dapat melakukan pengukuran suhu tubuh hometerm dan mengamati pengaruh suhu lingkungan terhadap suhu tubuh manusia dan juga agar mahasiswa dapat melakukan pengukuran suhu tubuh poikiloterm dan mengamati pengaruh suhu lingkungan terhadap suhu tubuh katak,dengan kompertensi khusus berdasarkan tujuan yaitu mahasiswa dapat melakukan pengukuran suhu tubuh hometerm dan mengamati pengaruh suhu lingkungan terhadap suhu tubuh manusia dan juga agar mahasiswa dapat melakukan pengukuran suhu tubuh poikiloterm dan mengamati pengaruh suhu lingkungan terhadap suhu tubuh katak
Yang pertama praktikum thermoregulasi pada manusia. Praktikum ini dilakukan dengan metode kegiatan eksperimen menggunakan objek pengamatan probandus (praktikan).Adapun alat dan bahan yang digunakan yaitu termometer badan, alat kompres air, gelas piala ukuran 1 liter, air es, air, panas dan pengukur waktu. Pertama-tama Sebelum digunakan termometer harus menunjukkan skala terendah, hal ini dapat dilakukan dengan cara mengibas-ngibaskan termometer tersebut. Untuk melakukan hal ini perlu hati-hati karena sering secara tidak sengaja menyentuh tubuh teman atau benda keras lainnya yang dapat mengakibatkan pecahnya termometer. Kemudian meletakkan termometer tersebut pada ketiak naracoba selama kurang lebih 3 menit, kemudian mengamati skalanya dan mencatat suhunya. Setelah itu menempelkan kompres air dingin selama lima menit pada leher (sekitar arteri jugularis), kemudian mengukur suhu tubuhnya seperti di atas dan mengamati setiap 1 menit. Mengulangi dengan mengganti kompres air hangat. Kemudian mencatat apakah ada perbedaan suhu tubuh naracoba pada sebelum dan sesudah perlakuan (Uji dengan Anava)
Adapun hasil praktikum thermoregulasi pada manusia ialah sebagai berikut. A, suhu normal 36,8º C, dengan es 36,4º C dan dengan air hangat 36,5 ºC, B suhu normal 36,5º C, dengan es 36,6º C dan dengan air hangat 36,6 ºC dan C suhu normal 36,1º C, dengan es 36,4º C dan dengan air hangat 36,6 ºC.
Dari percobaan yang dilakukan didapat hasil bahwa suhu naracoba berubah-ubah pada setiap perlakuan. Dengan perlakuan air panas suhu tubuh naracoba naik namun setelah diberi perlakuan es suhu tubuh naracoba turun. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa suhu tubuh manusia tidak berubah-ubah. Hal ini mungkin disebabkan karena pada saat akan mengukur suhu tubuh dengan perlakuan yang berbeda, thermometer belum menunjukkan skala terendah atau lama pengukuran suhu tubuh tidak maksimal sehingga didapat hasil yang tidak maksimal juga.
Sedangkan yang kedua praktikum thermoregulasi pada katak Bufo sp. Praktikum ini dilakukan dengan metode kegiatan eksperimen menggunakan objek pengamatan seekor katak Bufo sp. Adapun alat dan bahan yang digunakan yaitu termometer yang memiliki skala 0-100oC, gelas piala ukuran 1 liter, air es, air, panas, batang kayu atau kaca, tali pengikat (benang kenur) dan pengukur waktu. Pertama-tama mengambil katak Bufo sp. kemudian memfiksasi pada batang kaca atau kayu dengan menggunakan benang kenur kemudian memasukkan termometer ke dalam mulut katak, membiarkan selama 3 menit dan mencatat suhunya. Selanjutnya memasukkan katak tersebut ke dalam gelas piala ukuran 1 liter yang berisi air dingin, biarkan selama 5 menit dan mencatat perubahan suhunya setiap 1 menit. Kemudian mengganti air dingin dengan air hangat dan mencatat suhunya seperti yang dilakukan di atas. Apakah ada perbedaan antara ketiga perlakuan (uji data yang diperoleh dengan analisis varians).
Adapun hasil praktikum thermoregulasi pada katak Bufo sp ialah sebagai berikut, pada keadaan normal, suhu katak adalah 26 C, dengan rangsang air es 19,2 C dan dengan air hangat 35,9 C.
Dari pengamatan dapt diketahui bahwa untuk pengukuran suhu pada katak, saat diberi perlakuan dengan air panas suhu tubuh naik dan pada saat diberi perlakuan es suhu tubuh turun. Hal ini sesaui dengan teori bahwa katak merupakan poikioterm atau suhu tubuh berubah-ubah sesuai lingkungan.
DISKUSI
Dari kegiatan praktikum yang dilakukan dapat dikembangkan lebih lanjut misalnya dengan tujuan mengetahui berapa efisiensi energi pada katak Bufo sp. pada beberapa suhu lingkungan.
Dari percobaan yang dilakukan didapat hasil bahwa suhu naracoba berubah-ubah pada setiap perlakuan. Dengan perlakuan air panas suhu tubuh naracoba naik namun setelah diberi perlakuan es suhu tubuh naracoba turun. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa suhu tubuh manusia tidak berubah-ubah. Hal ini mungkin disebabkan karena pada saat akan mengukur suhu tubuh dengan perlakuan yang berbeda, thermometer belum menunjukkan skala terendah atau lama pengukuran suhu tubuh tidak maksimal sehingga didapat hasil yang tidak maksimal juga.
Dari pengamatan dapt diketahui bahwa untuk pengukuran suhu pada katak, saat diberi perlakuan dengan air panas suhu tubuh naik dan pada saat diberi perlakuan es suhu tubuh turun. Hal ini sesaui dengan teori bahwa katak merupakan poikioterm atau suhu tubuh berubah-ubah sesuai lingkungan.
KESIMPULAN
Manusia merupakan homoioterm yaitu suhu tubuhnya tetap. Namun pada praktikum didapat hasil yang tidak sesuai dengan teori karena beberapa kesalahan.
Katak merupakan poikioterm yaitu suhu tubuh berubah-ubah sesuai suhu lingkungan.

2 komentar:

surya mengatakan...

kenpa pada suhu tubuh manusia di katakan tetap tak berubah-ubah. padahalkan suhu manusia bisa dingin dan bisa panas/hangat.???

Bhima Wibawa mengatakan...

Surya: silahkan bca referensi http://niam26.blogspot.com/2010/04/termogulasi.html mudah2an membantu

Pengikut